-->

Salah Paham Melulu? Belajarlah Lagi dari "Toy Story 4"

Salah Paham Melulu? Belajarlah Lagi dari "Toy Story 4"

Salah Paham Melulu? Belajarlah Lagi dari "Toy Story 4"
Adegan di Toy Story.(PIXAR)

BacaGie, kompas.com - Lima tahun terbaru, Angelina putus bicara dengan kawannya. Padahal, keduanya telah seperti saudara sejak balita.

Mereka saat ini sama-sama memasuki usia 40 tahun. Itu membikin perasaan Angelina hancur, hingga akhirnya ia tahu argumen sang sahabat tidak mau lagi bicara dengannya.

Angelina diberi tahu orang lain bahwa ia tidak menemani sang sahabat saat suaminya terdiagnosis kanker. Sang sahabat pernah mengontak via e-mail ke Angelina, tetapi rupanya tidak hingga.

Bahasan tanya jawab dalam "How Can a Misunderstanding Lill a Longtime Friendship?" di Psychologytoday.com tersebut mengfotokan alangkah salah paham dapat memutus persahabatan puluhan tahun. Salah paham bahkan terjadi hanya sebab tutorial pandang.

"Coba minta rekan Kamu mendeskripsikan diri Kamu dan buat daftar. Kesamaan antara pendapat mereka dan Kamu paling hanya 0,2-0,5. Artinya, tutorial pandang orang ke Anda, dan apa yang Kamu pikirkan mengenai diri Kamu dapat beda jauh," demikian argumen mengapa manusia kerap salah paham menurut Heidi Grant Halvorson, pakar psikologi sosial di Columbia Business School, dalam postingan "Mixed Signals Why People Misunderstand Each Other" di The Atlantic.com.

Uniknya, walau semakin dipelajari dan diantisipasi, salah paham pun semakin terjadi dan menjadi faktor dalam kenasiban. Tidak heran, persoalan salah paham sebab tiap-tiap manusia bersifat unik membikin film animasi Toy Story terasa lebih nasib walau timbul semakin dari generasi ke generasi sejak 1995.

"Kami mulai memopulerkan film ini dengan mengontraskan tipe-tipe karakter, dan kita melihat diri kita pada karakter-karakter ini," kata sutradara Toy Story 1 dan 2, John Lasseter, pada postingan “How 'Toy Story' Changed the Face of Animation, Taking Off 'Like an Explosion'” di LA Times.com.

Toy Story 1 meraih piala Academy Award for Special Achievement. Film itu mengetengahkan tokoh mainan koboi bernama Woody yang iri dengan keberadaan mainan baru berupa penjaga luar antariksa bernama Buzz Lightyear.

Rasa iri itu awalnya hanya diungkapkan dengan keinginan menunjukkan kegagalan Buzz, tetapi jadi fatal sebab Buzz tanpa sengaja terbuang ke luar rumah dan kawan-kawan lain berprasangka kurang baik terhadap Woody.

Kisah salah paham ini berbuntut 362 juta dollar AS dan diacungi jempol sebab menjadi film tiga dimensi panjang pertama dengan pengerjaan 4-13 jam di tiap satu adegannya.

Pada jumlah 362 juta dollar AS itu telah menjadi bukti bagaimana persoalan salah paham dan penyelesaiannya dibalut animasi kemudian hebat hati anak-anak dan para penonton dewasa.

Salah Paham Melulu? Belajarlah Lagi dari "Toy Story 4"
Nonton televisi(monkeybusinessimages)

Ekspresi tokoh-tokoh juga latar adegan tampil dengan dramatis pada era ketika TV plasma beredar, perangkat tontonan yang cenderung mahal tetapi telah menyaapabilan segi hitam pada foto dengan cara alami jadi lebih hangat, tidak melelahkan mata, dan tetap detail.

Ekspresi kian terasa


Empat tahun kemudian alias cocoknya pada 1999, Toy Story 2 timbul ketika tidak sedikit orang telah dapat menikmati TV LCD alias liquid crystal display sebab harganya murah.

Toy Story 2 berkisah mengenai Woody, si koboi yang tidak sengaja masuk meja jual barang bekas bunda dari Andy, pemilik Woody, dan berujung pada kisahnya sebagai mainan yang nyatanya diincar sebab bernilai tinggi jadi ia pun sedikit pongah.

Woody juga terhasut tokoh mainan The Prospector yang nyatanya berniat jahat, di samping ada pula kisah drama kawannya, Jessie, sebagai mainan yang ditinggalkan untuk donasi sebab pemiliknya beranjak dewasa, seperti juga kekhawatiran Woody terhadap Andy.

"Manusia punya dua sistem berpikir. Yang pertama penilaian cepat, sedangkan yang kedua pikiran panjang untuk mengoreksi penilaian sistem pikiran pertama," ucap peraih Nobel, Daniel Kahneman, dalam buku Thinking Fast and Slow, seperti dikutip The Atlantic.com.

Tidak heran, Woody berpikir layaknya manusia dengan cara empiris bahwa ia pernah memilih ajakan tersebut sebab nanti pun bakal dibuang Andy.

Drama ini pun tersadar dramatis sebab Bill Cone dan Jim Pearson dari Studio Pixar yang membikin Toy Story menggarap 18 set dengan 1.200 paket model, terdiri dari properti, gedung, dan lainnya jadi hebat saat tayang di TV LCD pada masa itu, sekalipun fotonya tidak sehangat tampilan TV plasma.

"Foto dalam film ini punya tampilan yang lebih mendalam dengan tidak sedikit sekali tekstur jadi tetap memberbagi kejutan bagi para penoton Toy Story," ucap Thomas Schumacher, Presiden dari Walt Disney Feature Animation, terhadap Pixartalk.com.

Kesalahpahaman juga menjadi akar cerita Toy Story 3 (2010) ketika kawan-kawan mainan Buzz Lightyear dan Woody dimasukkan ke kantong untuk disimpan di loteng sebab Andy bakal kuliah, tetapi malah dikira kantong sampah dan dibuang.

Woody, yang tahu kesalahpahaman ini, coba menerangkannya. Tetapi, faktor itu malah mengangkat cerita baru ketika mereka menjadi mainan di tempat penitipan anak.

Foto-foto dari petualangan menjernihkan kesalahpahaman itu menjadi kian dramatis sebab detail dalam film lebih tinggi lagi dibandingkan Toy Story 2.

"Sebetulnya susah sekali saat mengkreasikan adegan dengan benda-benda bersifat organik (untuk mengekspresikan bentuk yang kotor dan membangun drama dalam film), seperti saat di truk sampah, di jalur pengolahan sampah, dan sampah-sampah itu terpotong menjadi tahap kecil," kata Darla Anderson, produser film Toy Story 3 dalam "The Groundbreaking Tech of Toy Story 3" di Cnet.com.

Detail-detail itu ditampilkan lebih hebat sebab ditonton pada TV LED alias light emiting diode yang beredar luas pada masa itu. Aksi di tempat sampah dalam adegan di film tersebut sebetulnya gelap tetapi tetap jelas didukung backlight dari LED yang menghasilkan foto dengan keterangan dan kekontrasan lebih baik dan tingkat kehitaman lebih dalam dibanding LCD.

Cerita dalam Toy Story 3 yang ramai warna sebab berlatar taman bermain anak-anak alias lebih suram juga kian terasa pada era TV OLED alias organic light-emitting diode, generasi pasca-LED.

Ini merupakan TV sejenis LED yang lapisan bercahayanya terbuat dari seperti senyawa organik (karbon) dan bakal memancarkan cahaya bila dialiri listips jadi tidak heran TV ini dapat dibangun setipis mungkin.

Menantikan Toy Story 4


Salah paham yang diberakhirkan di dalam kisah-kisah Toy Story menjadi seperti ruang belajar untuk anak, sekaligus menjadi ruang introspeksi bagi orang-orang dewasa yang melihatnya.

Kisahnya rutin ditingkahi dengan pembetulan hubungan sebab tokoh-tokoh mainan di dalamnya merupakan kawan lama yang ibarat saudara. Sekalipun salah paham, mereka rutin mendengar hati kecil untuk berusaha berbaikan, sekalipun semuanya terpeleset dalam drama panjang yang justru menguatkan kekerabatan.

"Kawan lama bukanlah orang yang cuma tahu bukti diri Anda, tetapi sangatlah tahu Anda. Share cerita panjang soal nasib membikin komunikasi menjadi lebih mudah. Mereka dapat paham latar belakang, bahkan mungkin jadi saksi peristiwa-peristiwa dalam latar belakang kenasiban satu sama lain," ucap psikolog Irene Levine dalam "5 Secrets Of People With Lifelong Friends" di Huffingtonpost.com.

Salah Paham Melulu? Belajarlah Lagi dari "Toy Story 4"
Ilustrasi(Thinkstockphotos)

Di program Toy Story, persahabatan yang pada akhirnya memulihkan kesalahpahaman mengalir mulus berkah animasi dan cerita yang berkembang dari era ke era, dan bagaimana akhirnya semua dapat disaksikan melewati TV dengan perkembangan zamannya sebab teknologinya membangun drama yang menguatkan cerita.

Toy Story 4 menurut sutradaranya, John Lasseter, sedang dalam pengerjaan, seperti dituturkannya terhadap LA Times.com.

Cerita baru, kesalahpahaman baru yang memicunya, juga adegan yang dibangun dari ide dan nilai foto dari teknologi termutakhir tentu jadi menu mutlak yang bakal disuguhkan.

Drama dan aksi Woody, Buzz, dan lainnya dalam Toy Story 4 pun bakal lebih detail lagi, lebih seksama lagi, dan natural pada TV era baru seusai LED dan OLED, yakni Hexachroma. TV buatan Panasonic ini memodifikasi warna cyan, magenta, yellow, dan key (hitam) alias disingkat CMYK jadi bukan lagi menghasilkan 4 warna melainkan 6 unsur warna di samping penguatan pada sistem manajemen warna 3D.

Sumber : kompas
Advertisement // kode Iklan yang sudah diparse, letakkan disini

Share this

Kumpulan artikel yang didapat dari berbagai sumber yang ada di media online terupdate.

Previous
Next Post »

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.