AkuIslam.Id - Meskipun masih kecil, Nabi kita memiliki akhlak yang istimewa. Sikap dan tutur katanya amat santun, membuatnya dihormati dan dikagumi banyak orang. Untuk itu jangan ragu mencontohnya!
Ilustrasi Masa Kecil Nabi Muhammad Saw ( Foto @U-Report ) |
Semenjak kepergian Abdul Muthalib, Nabi Muhammad tinggal bersama keluarga besar pamannya, Abu Thalib. Di rumah Abu Thalib ia diperlakukan sebanding dengan anak kandungnya, Fatimah sang bibi, memperlakukannya dengan sangat baik.
Begitu sebaliknya, Muhammad pun sangat menghormatinya. Meskipun diperlakukan lebih istimewa, tak ada satu pun sepupunya yang merasa iri karena mereka pun menyayanginya.
SANGAT SANTUN
Muhammad kecil, bahagia tinggal bersama paman dan bibinya. Karena Allah SWT sudah memberinya seorang paman seperti ayah dan seorang bibi seperti ibunya sendiri. Kemanapun paman Abu Thalib pergi, Muhammad selalu diajaknya. Tak terkecuali di meja makan. Setiap saat Abu Thalib selalu mencari dan memanggilnya.
"Jika Muhammad ikut duduk di ruang makan, semua orang akan pergi dengan perut kenyang. Jika dia tidak bersama kita, tidak seorang pun merasa benar-benar kenyang," ucap sang paman.
Kalian mungkin bertanya, apa sih buktinya kalau Muhammad kecil kita berakhlak mulia? Mungkin jawabannya sederhana, ketika makan bersama keluarga, beliau memberikan contoh akhlak islami di meja makan.
Mulai dari makanan yang bergizi hingga lingkungan tempat tinggal yang nyaman. Saat akan berkumpul untuk makan, Nabi kita tidak pernah duduk di ruang makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan.
Ia akan membaca bismillah dan kemudian baru mulai makan. Muhammad kecil juga tidak meniup makanannya tapi dengan sabar menunggu makanan itu agak dingin. Saat makan, ia bisa makan dengan suapan kecil dan tidak akan mulai makan sebelum orang-orang yang lebih tua terlebih dahulu makan. Budi pekertinya memang luar biasa, sungguh patut diteladani.
DOA DIIJABAHI
Selepas kepergian Abdul Muthalib, Abu Thaliblah yang menggantikan kedudukannya merawat Kakbah. Ketika itu Makkah mengalami musim kemarau. tanah menjadi sangat kering, semua tanaman dan pepohonan juga ikut mengering.
Banyak anak kecil yang jatuh sakit serta hewan-hewan hampir mati kehausan. Penduduk Makkah sangat bersedih, mereka memutuskan untuk menemui Abu Thalib, pemimpin yang mereka cintai dan hormati.
Mereka pun mengadu, "Sudah lama hujan tidak turun. Anak-anak kami kelaparan dan hewan-hewan kami kehausan. Kebun-kebun di desa sudah mengering. Jika terus begini, kita akan menderita kehancuran besar. Kalau kami minta, maukah kau ikut bersama kami untuk berdoa meminta hujan?" tutur salah seorang dari mereka.
Abu Thalib langsung memenuhi permintaan itu. Bagaimana ia sedang memikirkan hal yang sama. Apa lagi yang bisa dilakukannya selain ikut berdoa bersama penduduk. Hanya Allah SWT yang memberikan hujan. Jika dia berkehendak, hujan akan turun. Jika Dia tidak berkehendak, hujan pun tidak akan turun.
Namun, sebelum keluar untuk berdoa meminta hujan, Abu Thalib mengajak Muhammad. Abu Thalib langsung mencarinya dan memanggilnya. Kemudian, mereka pergi ke Kakbah bersama-sama. Abu Thalib bersama orang-orang yang sudah berkumpul di sana, berdoa kepada Allah SWT agar orang-orang terhindar dari kehausan, tanah kembali mengandung air, rerumputan kembali menghijau, dan hewan-hewan bisa kembali mencari makan hingga kenyang. Muhammad yang rupawan juga menengadahkan tangannya dan berdoa kepada Allah SWT agar Dia mengirimkan hujan.
Semua mata yang penuh permohonan itu memandang langit. Semua orang menunggu tanpa suara. Seolah sudah menerima permintaan dari satu sumber, tiba-tiba awan-awan hujan terbang dari semua arah menuju Kakbah dan beberapa air hujan mengenai kulit Muhammad yang halus. Air hujan yang pertama menetes setitik demi setitik, lalu terus bertambah. Hujan pun kemudian mengguyur di mana-mana. Semua orang terus berada di bawah hujan. Doa Muhammad dan para penduduk sudah dikabulkan. Semua orang merasa senang.
Baca juga:
Advertisement
// kode Iklan yang sudah diparse, letakkan disini
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.