-->

Rajin Shalat Jamaah, Wafat Dengan Mudah

Rajin Shalat Jamaah, Wafat Dengan Mudah

AkuIslam.Id - Tua tak membuat Mbah Mangun lesu. Hari-harinya tampak semangat untuk beribadah. Sejak usianya memasuki 40-an, ia rajin shalat berjamaah di masjid. Ia pun menjemput ajal dengan mudah. Tak ada yang direpotkan, termasuk anak-anaknya.

Ilustrasi

Empat tahun yang lalu, Mbah Mangun meninggalkan keluarganya dan para tetangganya untuk selamanya. Ia meninggal dunia dalam keadaan tanpa isyarat yang kuat tertangkap. Meninggalnya sangat mendadak dan mengejutkan banyak orang. 

Wanita yang meninggal di usia 65 tahun itu dikenal sebagai sosok yang sangat tekun beribadah. Pribadinya sangat menyenangkan bagi siapa pun yang mengenalnya.

"Baik, enggak macem-macem, lembah manah pokoknya orangnya," tutur Agus Susanto, tetangga almarhum.

Seingat Agus, siang hari, setelah waktu shalat Duhur, Mbah Mangun mengeluh sakit. Lalu, keluarganya membawanya ke rumah sakit. Meski sudah sepuh, itu keluhan pertama yang dideritanya. Tidak ada yang menduga Mbah Mangun akan mangkat dipanggil Allah SWT secepat itu kalau mengingat kondisi fisiknya yang sehat bugar.

"Enggak nyangka lah pokoknya. Setiap harinya sehat-sehat saja, tiap hari kan rajin shalat jamaah di masjid," ujar Agus.

Semua orang tampak terkaget mendengar meninggalnya Mbah Mangun. Keluhan sakitnya hanya terasa lemas. Seperti tak bertenaga. Lalu, dibawa ke rumah sakit. Belum sempat lama ditangani dokter, masih dalam hitungan jam, Mbah Mbangun sudah mengembuskan napas terakhirnya.

Proses meninggalnya pun begitu cepat. Seperti orang tak melalui sakaratulmaut. Demikian dituturkan Agus yang diceritakan keluarganya kepada pelayat ketika itu. Meski bukan orang yang pandai agama, wasiat terakhirnya yang paling kokoh ia sampaikan adalah kewajiban menjaga shalat lima waktu kepada anak-anaknya.

SEMANGAT SHALAT

Usianya yang sudah sepuh tak menyurutkan semangatnya menjaga shalat lima waktu. Agus sebagai tetangganya menyaksikan sendiri bagaimana tekunnya Mbah Mangun setiap hari shalat jamaah di masjid. Dia tak pernah bolong shalat jamaah di masjid selama lima waktu. Bahkan, Mbah Mangun tergolong orang yang selalu datang lebih awal ketika memasuki waktu shalat.

"Yang aku tahu dan aku perhatikan ya, shalat lima waktunya selalu di masjid. Ke masjid juga selalu lebih awal," tutur Agus.

Menurut Agus, meninggalnya yang sangat cepat dan tanpa proses sakit yang serius sangat mungkin karena amalan shalatnya yang tak pernah bolong. Allah SWT tampak memberikan kemudahan pada proses meninggalnya. Ungkap Agus, keyakinan itulah yang diyakini para tetangganya saat Mbah Mangun meninggal.

"Ketika itu warga semua bukan saja kaget, tapi proses ninggalnya itu loh, cepet, tidak sakit, mudahlah pokoknya ninggalnya itu," ujar Agus

Istiqomahnya menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah itu sangat tampak pada perilakunya yang lain. Sikapnya kepada tetangga meneduhkan. Tidak pernah memiliki masalah dan tidak pernah mengunjing tetangganya. Pribadinya yang semacam itu menurut Agus membuat banyak tetangga menaruh hormat. Mbah Mangun juga tampak berwibawa, tidak banyak omong. Meski terlihat irit bicara, tapi pribadinya tetap ramah pada orang. 

"Kira-kira sejak usianya 40-an dia rajin ke masjid. Hitungannya sejak saya usia SMP gitu," ungkap agus.

RAJIN PENGAJIAN

Di kampung Mbah Mangun, setiap minggu ada pengajian rutin yang diadakan di masjid. Mbah Mangun termasuk orang yang rajin turut serta menghadirinya. Bahkan, ia bisa dibilang tidak pernah bolong seperti halnya menjaga shalat.

"Orangnya itu kalau ada pengajian sergep kayak anak muda yang pesta gitu semangatnya. Keren pokoknya kalau urusan sudah urusan agama," tutur Agus

Menurut Agus lagi, kalau urusan ikut pengajian yang muda-muda kalah sama Mbah Mangun. Pengajian bagi Mbah Mangun seperti pestanya anak muda. Selalu datang penuh gairah, Agus menengarai, kunci sehat bugarnya itu mungkin karena rajinnya beribadah. Karena wanita seusianya banyak yang sudah tidak sesehat Mbah Mangun ketika masih hidup.

"Mungkin karena hanya mikirin agama, orangnya jadi tetap sehat," ujar Agus

Pembawaannya tempak begitu tenang kesehariannya, bugar dan cerita. Seperti tak ada yang dicemaskan dalam hidupnya. Hal lain yang diperhatikan Agus, Mbah Mangun juga sangat rajin menjaga kebersihan di kampungnya.

Sepulang dari masjid yang lumayan jauh dari rumahnya, ia selalu memunguti sampah yang berserakan di jalan. Jalan yang dilintasi Mbah Mangun ke masjid pasti selalu bersih meski banyak anak kos yang kadang membuang sampah sembarangan di jalan.

"Di kampung aku itu kan banyak anak kos, biasanya buang sampah sembarangan. Ya Mbah Mangun itu yang mungutin." cerita Agus.

Kata Agus, mungkin benar kalau ada kaitannya orang yang beriman itu peduli kebersihan. Mbah Mangun adalah contoh yang pernah dilihat Agus. Ketenteraman hidup yang begitu nyata dilihat Agus dalam kehidupan Mbah Mangun.

Tak ada rona sedih dalam hari-harinya. Apalagi wajah murung. Hidupnya mengalir meneduhkan. Waktu masih kesehatannya penuh, sebelum memasuki usia 50-an orang giat mengantarkan suguhan ketika warga gotong royong bersih kampung tiap minggu. Mbah Mangun punya tempat tersendiri di hati warga Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Advertisement // kode Iklan yang sudah diparse, letakkan disini

Share this

Kumpulan artikel yang didapat dari berbagai sumber yang ada di media online terupdate.

Previous
Next Post »

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.