AkuIslam.Id - Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf menanyakan suatu masalah. Ketika sedang bertanya, tiba - tiba wanita ini tanpa sengaja buang angin (kentut). Merahlah wajah wanita itu karena malu. Namun Hatim justru pura-pura tuli untuk menutupi aib wanita tersebut.
Ilustrasi Menutup Aib Orang Lain ( Foto @U-Report ) |
Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan. Dia termasuk tokoh guru besar khurasan, muris Syeikh Syaqiq, guru Ahmad bin Khadrawaih. Hatim dijuluki Al Asham (orang yang tuli) bukan karena ia tuli akan tetapi pernah ia berpura - pura tuli karena untuk menjaga kehormatan seseorang hingga ia dijuluki dengan Al Asham.
Hatim Al Asham adalah orang yang sangat sopan dan dermawan. Pada suatu hari, datanglah seorang wanita kepadanya untuk meminta sesuatu. Tanpa disengaja, wanita itu telah mengeluarkan kentut dengan bunyi sedikit keras di hadapan Hatim Al Asham. Wanita itupun menjadi salah tingkah, tetapi Hatim Al Asham adalah orang yang baik.
PURA - PURA TULI
Hatim mengerti bagaimana perasaan wanita itu yang sangat malu dengan suara kentutnya yang lumayan keras. Maka Hatim memilih untuk berpura - pura tidak mendengar kentut wanita itu. Hatim Al Asham berkata, "Hai, keraskanlah suaramu, karena aku tidak mendengar apa yang kamu bicarakan."
Hatim berpura - pura tuli agar wanita itu menyangka bahwa Hatim tidak mendengar kentutnya. Kemudian wanita itu pun mengulangi ucapannya dengan agak keras dan Hatim pun menjawabnya dengan suara agak keras pula.
Setelah urusan mereka beres, wanita itu pulang dengan gembira dan ia tidak malu lagi dengan suara kentutnya karena ia sudah dipastikan bahwa Hatim Al Asham tidak mendengarnya. Semenjak peristiwa itu, sampai 15 tahun (selama wanita itu masih hidup), Hatim Al Asham selalu berpura - pura tuli. Selama itu pula tidak ada seorang pun yang menceritakan kepada wanita itu bahwa sebenarnya pendengaran Hatim Al Asham masin normal selayaknya orang lain.
Sungguh begitu baik budi pekerti Hatim, Sehingga ia rela untuk berpura - pura selama 15 tahun demi menjaga nama baik dan perasaan wanita itu. Setelah wanita itu meninggal dunia, Hatim Al Asham sudah tidak berpura - pura tuli lagi.
Hatim memang begitu disegani dan dihormati. Beliau menjadi tempat bertanya bagi siapa saja tentang tata cara ibadah dan hukum - hukum Islam. pada suatu hati, ia kedatangan tamu bernama Isham bin Yusuf. "Bagaimana Anda melakukan shalat?" tanya tamunya.
"Apabila waktu shalat tiba, saya segera melakukan wudu lahir dan batin," jawab Hatim.
"Apakah perbedaan antara kedua wudu itu?" tanya Isham bingung.
CARA SHALAT
Sambil memperhatikan wajah tamunya, Hatim berkata, "Wudu lahir adalah mencuci badan dengan air. Sedangkan wudu batin adalah mencuci jiwa dengan tujuh sifat, yaitu tobat, menyesali dosa - dosa masa lalu, melepaskan diri dari ketergantungan pada dunia, menanggalkan pujian dan penghormatan pada selain Allah, melepaskan diri dari kendali benda, membuang rasa dendam kesumat, dan menyingkirkan kedengkian. Setelah itu aku menuju masjid dan bersiap melaksanakan shalat sambil memusatkan pandangan ke kiblat. Aku tampil sebagai pengemis yang seakan - akan Allah di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka disebelah kiriku, Izrail, si pencabut nyawa, di belakangku, dan titian Shirat di bawah telapak kakiku. Itulah shalatku yang terakhir. Setelah itu aku berniat dan bertakbir lalu membaca surah Al Fatihah dengan seksama serata merenungkan arti setiap kata dan ayat.
Kemudian aku lakukan rukuk dan sujud dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati sambil menumpahkan air mata. Tasyahhud kulakukan dengan penuh pengharapan, lalu kuucapkan salam dengan ikhlas sepenuhnya. Sejak tiga tahun, shalat yang demikianlah yang kulakukan."
Ishan tercengang mendengar jawaban Hatim. Tiba - tiba Isham menangis sejadi - jadinya sambil berdoa agar dibantu dan diberi kemampuan melakukan ibadah seperti Hatim.
"Hanya Andalah yang melakukan shalat seperti itu," ujarnya.
Baca juga:
Advertisement
// kode Iklan yang sudah diparse, letakkan disini
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.