Dari MEDIA INDONESIA |
BacaGie - BANJIR yang mengepung wilayah Jakarta, Bekasi, serta Tangerang pada Selasa (21/2) menunjukkan bahwa wilayah tersebut tetap rentan kepada banjir. Bahkan di berbagai wilayah ketinggian air meningkat.
Kepala Pusat Data, Info serta Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho berkata, kondisi itu tak terlepas dari akibat perubahan pemakaian lahan yang begitu pesat di wilayah Jabodetabek jadi hampir 80 persen hujan jatuh berubah menjadi ajaran permukaan.
"Sementara itu kapasitas drainase serta sungai jauh lebih kecil daripada debit ajaran permukaan. Akibatnya banjir serta genangan terjadi dimana-mana,"ujarnya di Jakarta, Selasa (21/2).
Ditambahkannya, citra satelit Landsat pada 1990 sampai 2016 menunjukkan permukiman serta perkotaan berkembang menarik. Permukiman nyaris menyatu antara wilayah hulu, tengah, serta hilir dari daerah ajaran sungai yang ada di Jabodetabek. Imbasnya, sangat minim ruang terbuka hijau alias kawasan resapan air jadi sebuahkeniscayaan air hujan yang jatuh kurang lebih 80 persennya berubah menjadi ajaran permukaan. Bahkan di wilayah perkotaan kurang lebih 90 persen menjadi ajaran permukaan.
"Kapasitas sungai-sungai serta drainase perkotaan mengalirkan ajaran permukaan tetap terbatas. Okupasi bantaran sungai menjadi permukiman padat menyebabkan sungai sempit serta sertagkal. Sungai yang wajibnya lebar 30 meter, sekarang hanya kurang lebih 10 meter. Bahkan ada sungai yang 5 meter. Telah tentu kondisi tersebut menyebabkan banjir," katanya.
Menurutnya, relokasi permukiman di bantaran sungai merupakan keniscayaan apabila ingin memperlebar performa debit aliran.
"Tapi tak jarangkali relokasi susah diperbuat sebab kendala politik, sosial, ekonomi serta adat masyarakat," ujar dia.
Menurut dia, penataan ruang wajib dikendalikan. Daerah-daerah sempadan sungai, kawasan resapan air, serta kawasan lindung wajib dikembalikan ke manfaatnya. "Tidak mungkin Pemda Jakarta sendirian menanggulangi banjir. Wajib kerjasama dengan pemerintah pusat serta pemda lain. Studi banjir serta masterplan pengendalian banjir telah ada sejak lama. Tinggal komitmen bersama," katanya.
Berdasarkan data BMKG, curah hujan yang turun yang menyebabkan banjir Jakarta serta kurang lebihnya merupakan Lebak Bulus 71.7 mm, Pakubuwono 106 mm, Beji 65 mm, Depok 83 mm, Gunung Mas 39 mm, Pasar Minggu 106.5 mm, Tangerang 92.5 mm, Pondok Betung 67.4mm, Cengkareng 72 mm, Tanjung Priok 115.9 mm, Kemayoran 180 mm, Dramaga 75 mm, Curug 37.5 mm, Kelapa Gading 145.4 mm, TMII 48.8 mm, Parung 21.8 mm, Jagorawi 72.5 mm, Mekarsari 60.8 mm, Leuwiliang 89.7 mm, Katulampa 35.8 mm, serta Bekasi 65 mm. Tebal hujan tersebut termasuk hujan sedang sampai lebat.
Curah hujan tersebut tetap jauh lebih kecil dibandingkan dengan hujan yanh menyebabkan banjir di Jakarta pada tahun 2007, 2013 serta 2014 yang saat itu mencapai 200 - 350 mm. Kesempatan hujan ekstrem sekarang makin tak jarang terjadi. Artinya wilayah Jabodetabek juga makin tinggi risikonya terjadi banjir apabila tak diperbuat upaya pengendalian banjir yang komprehensif serta berkelanjutan.OL-2
Baca juga:
Advertisement
// kode Iklan yang sudah diparse, letakkan disini
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.